Pablo Gavi, Si Banteng Kecil

Ser
4 min readOct 22, 2022

--

Halo. Aku kembali lagi. Bagaimana kabar kalian?

Sudah lebih dari setahun aku tidak meninggalkan jejak apapun di Medium. Kesibukkan dengan dunia nyata dan kehilangan minat menulis di platform ini membuatku melakukan hal demikian.

Tanggal 18 Oktober 2022 adalah hari yang begitu menakjubkan buat seorang bocah 18 tahun yang bernama Pablo Gavi. Ia dianugerahi gelar Kopa Trophy, sebuah penghormatan untuk pemain sepakbola berusia di bawah 21 tahun yang berkontribusi luar biasa selama musim 2021/2022 bergulir. Internet pun gempar. Tidak sedikit, lho, yang bersikap skeptis dengan hasil ini. Mereka bilang, Jamal Musiala (pemain Bayern München) dan Jude Bellingham (pemain Borussia Dortmund), jauh lebih pantas. Ya, jika melihat kontribusi 2 pemain ini di Bundesliga dan membandingkannya dengan Gavi, maka benarlah opini khalayak. Namun, aku punya opini dan alasan yang semoga saja bisa menjawab kekecewaan kalian.

Gavi, setidaknya menurut para jurnalis, layak dapat penghargaan ini, karena mereka sudah terlanjur “terhipnotis” dengan apa yang ditunjukkan bocah dari Los Palacios y Villafranca ini. Biar aku cerita sedikit tentang perjalanannya. Semuanya dimulai dengan Ronald Koeman, yang kala itu masih melatih Barcelona, memberikan kesempatan untuknya bermain di tim utama. Laga debut dia yang resmi adalah ketika menjamu Getafe di La Liga. Ia bermain di menit 73, menggantikan Sergi Roberto. Tidak ada gol atau assist yang tercipta darinya. Namun itu yang membuat impian lainnya perlahan terbuka.

Singkat cerita, semua orang (termasuk aku), mulai mengenal lebih dekat siapa Gavi itu ketika memasuki jeda internasional. Namanya muncul di daftar pemain pilihan pelatih timnas Spanyol, Luis Enrique, untuk berlaga di semifinal Nations League. Skeptisme mendominasi tanggapan para pecinta sepak bola mengenai terpilihnya Gavi. Diduga midfielder ini dipanggil untuk menggantikan kompatriotnya, Pedri, yang sedang di bekap cedera. Untuk apa memanggil anak muda yang tidak berpengalaman, sementara Spanyol menyediakan pemain berkualitas yang sudah punya jam terbang jauh lebih tinggi dibanding dia? Kenapa ada pemain Barça lagi? Begitulah tanggapan mereka. Lalu apa tanggapan Enrique?

"When you see him playing at this level, he impresses”

"I have known him for a long time, he was already a stand-out player in Barca’s reserve team. I have no doubt about the level he will reach in the future.”

— Luis Enrique

Aku bisa bilang, korban “yang terkena hipnotis” oleh permainan Gavi akan mulai bertambah. Inilah puncaknya sekaligus nilai tambah yang membuatnya bisa merengkuh gelar individu itu. Laga menjamu Italia menjadi arena permainan sang banteng kecil. 83 menit bermain, ia sukses menorehkan rekor luar biasa, di samping ia menjadi debutan termuda La Furia Roja (julukan timnas Spanyol). Mengutip dari ESPN, ia sukses menorehkan operan bola dengan persentase 88,7 %. Ia mampu menorehkan 47 dari 53 umpan akurat sepanjang laga. Sulit sekali untuk anak seusianya (saat itu 17 tahun) mampu melakukan ini. Saat itu, tidak ada pemain Italia yang mampu mengatasi Gavi yang asyik menguasai bola. Laga pun usai dengan kemenangan Spanyol atas Italia. Gavi pun dapat sanjungan setinggi langit dari Lucho (sebutan untuk Luis Enrique).

“It’s not normal that he plays like that [at 17]. He’s a player with personality, enviable physical conditions and he plays our style of football. He plays like he’s at school or in his garden at home. It’s a pleasure to have a player with that quality and character with us. We can say that he’s the national team’s present, not [just] the future."

— Luis Enrique

Bukan hanya Luis Enrique, semua orang yang menjadi saksi bagaimana Gavi beraksi saat itu, menjadi terpukau dengannya. Korban berikutnya. Namun Gavi gagal merasakan trofi Nations League. Di final, Spanyol kalah dari Prancis. Namun pujian masih terus terdengar.

Gavi tidak berhenti mencuri perhatian. Bersama Barça sejauh ini, ia menciptakan 2 gol. Sementara di timnas Spanyol, ia baru mengumpulkan sebiji gol, yang membuatnya menjadi pemain termuda yang mencetak gol untuk La Furia Roja.

Menurutku ada satu hal yang aku sukai dari banteng kecil ini, dan mungkin para jurnalis juga sepakat akan hal ini. Jika kalian memperhatikan bagaimana Gavi bermain di lapangan, kalian akan melihat bagaimana dia sukses mengelabui pemain lawan, merebut bola dari lawan, dan “bertarung” dengan pemain itu sendiri. Bertarung disini maksudnya, ia tidak akan segan untuk “menantang” pemain lawan yang mencoba melakukan pelanggarannya terhadapnya ataupun rekan setimnya. Ini sudah begitu melekat dengan karakter bermain Gavi. Memang kesannya begitu berlebihan, arogan, dan dianggap sangat tidak respek dengan pemain, tetapi itulah Gavi. Begitulah cara dia membela timnya. Justru karakter itu yang sebenarnya dibutuhkan oleh sebuah tim sepak bola. Bukan berarti kita mengajak lawan untuk beradu fisik di lapangan. Namun bagaimana kita bisa memiliki semangat juang yang tinggi dan siap pasang badan demi tim. Inilah yang membuat Gavi begitu spesial dan berbeda. Selain ia memiliki bakat yang luar biasa dan “tak normal”, kesetiaan dia untuk tim tidak usah diragukan lagi.

Perjalanan Pablo Gavi masih sangat panjang. Umurnya juga masih belia untuk ukuran pemain sepak bola. Masih ada banyak hal spektakuler yang bisa ditunjukkan si banteng kecil ini kepada kita. Cukup duduk manis selagi menyaksikan bagaimana ia memukau kita dengan permainan dan karakternya di lapangan hijau.

Selamat untuk Gavi!

Ditulis oleh Ser.

Sumber:

  1. https://amp.france24.com/en/live-news/20210930-enrique-calls-up-17-year-old-gavi-for-nations-league-semi-final#aoh=16664221945814&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s
  2. https://www.espn.com/soccer/blog-the-toe-poke/story/4492730/spains-new-star-gavi17lights-up-nations-league-on-debut-as-italys-amazing-record-run-ends
  3. https://www.sofascore.com/italy-spain/YTbshUb

Sumber gambar: Sefutbol (Twitter)

--

--

Ser
Ser

Written by Ser

let's see how noisy my mind is.

No responses yet